Lukisan Gunung Prau di dekat bola mata kita
23.22
Paling tidak,ada orang lain disamping kita buat jagain
barang atau sekedar buat gantian megang kamera biar sekali kali ikut ke jepret
juga. Lebih asyik lagi kalau teman tersebut memiliki hobi yang sama ,sama-sama
suka jalan-jalan, foto-foto,dan sama- sama mau diajakin makan di angkringan
yang murah meriah. Hehe
Di musim weekend saat ini rasanya semua orang jadi intens
untuk menyaksikan atau lebih tepatnya untuk menjadi pemburu matahari terbit,
bukan matahari tenggelam lagi. Tapi, really, perjuangan untuk mendapatkan
sunrise itu lebih extraordinary dibanding dapetin sunset. Dan spot ter
fotografis untuk dapetin cantiknya langitnya bermatahari itu menurut aku hanya
ada di atas gunung,di pantai, dan di rel kereta api.
Dan bagaimanapun, show must go on,
meskipun rencana baru fix sore hari setelah nongkrong di warnet sebentar untuk ngetik di mbah google, ‘pendakian malam ke gunung Prau’. Kami saling menatap dan mantap.Meskipun agak deg-deg an karena pendakian malam, but this is Art for doing challange. Berbekal dengan rute dan baca-baca dari blog orang hasil search- nya om google. So crazy for this September ! Malam yang penuh angin tak kami pedulikan,menggigil hebat sampai pucat, dari Jogjakarta kami langsung melesat lepas dari landasan Jogjakarta kami menempuh Magelang yang panjang sampai tembus Temanggung sebelum akhirnya kita sampai kepada Wonosobo Asri dalam 4,5 jam, itu normal banget untuk jalan yang super ngebut dan bikin pantat gak karuan apalagi untuk si pembonceng. Ini perlu diperhatikan, alangkah tersiksanya apabila sampai ada lobang atau polisi tidur dan dilewati tanpa di rem. Ehem, mantep to?
meskipun rencana baru fix sore hari setelah nongkrong di warnet sebentar untuk ngetik di mbah google, ‘pendakian malam ke gunung Prau’. Kami saling menatap dan mantap.Meskipun agak deg-deg an karena pendakian malam, but this is Art for doing challange. Berbekal dengan rute dan baca-baca dari blog orang hasil search- nya om google. So crazy for this September ! Malam yang penuh angin tak kami pedulikan,menggigil hebat sampai pucat, dari Jogjakarta kami langsung melesat lepas dari landasan Jogjakarta kami menempuh Magelang yang panjang sampai tembus Temanggung sebelum akhirnya kita sampai kepada Wonosobo Asri dalam 4,5 jam, itu normal banget untuk jalan yang super ngebut dan bikin pantat gak karuan apalagi untuk si pembonceng. Ini perlu diperhatikan, alangkah tersiksanya apabila sampai ada lobang atau polisi tidur dan dilewati tanpa di rem. Ehem, mantep to?
Penyakit klasik saya sudah pasti kelaparan dan pengen pipis
itu selalu menyerang saat pendakian, sebelum semua nya rempong, kita mampir
angkringan malam dan sikat satu bungkus nasi kucing dan beberapa tusuk sate
usus. Yumyum. Sebelum kemudian kami harus mencari toilet biar saya ndak rewel..
Cerita sial untuk traveler yang demen naik motor jarak jauh,
dapet kesemutan seluruh tubuh sesampainya di pos Pendakian Gunung Prau, Damn!
Ketambahan hawa dingin yang menusuk-nusuk kayak habis di frozen habis-habis an.
Saya pribadi sudah berusaha untuk terlihat tegar dan macho di banding dia.
‘Rame pak yang ndaki ?’
‘Wah, selalu rame kalo tiap sabtu minggu itu mbak’
Masih sambil menahan dingin yang tidak manusiawi,
‘Tau dari mana mbak Gunung Pau ini?”
“Dari internet pak sama dari cerita temen”
“Ohh, soalnya jarang orang yang tahu gunung Prau ini.
Kebanyakan cuman taunya Sikunir Dieng aja “
“Wah sayaang banget ya pak, padahal kalo di
banding-bandingin, di puncak gunung Prau ini sunrise nya lebih bagus banget,
iya to pak?”
“iya mbak, mau ndaki malem ini kan? Mari saya antar sampai
sebelum puncak bukit pertama”
Nampak kami ini makin tua sepertinya, jadi agak ‘bengek’
untuk berjalan mendaki, mulai mengatur nafas yang terbebani dingin yang derajat
nya sepertinya sampai minus ini. Ampun,meskipun gunung ini tidak setinggi
gunung Semeru. But you know, jalur nya lumayan menguji, dengan
tanjakan-tanjakan yang terkadang harus memakai powerfull.
Tanah dan Pohon yang terisi cahaya bulan
penuh,ranting-ranting yang menyembul pada tanah membuat terkadang kita
tersandung atau terpeleset. When you was my man,aha, yang tadinya aku bawa
sleeping bag yang gendut, dari tripod sampai air 1,5 liter itu ada bersamanya,
that’s my hero J
. Ternyata pendakian malam itu asyik, tidak berdebu, santai banget dan romantis
banget. Hehe!
So awesome, lampu-lampu dari kota bak bintang yang pindah ke
bawah. Kami sudah mulai bisa untuk adaptasi dengan suhu yang super dingin yang
membuat tangan saya kaku seperti mayat. Gunung Prau yang dapat di tempuh dalam
waktu normal 2.5 jam itu berhasil kami lewati. Setelah rampung dari Pos 1
sampai Pos 3, kami berlarian seperti anak-anak SD yang sedang hiking.
“ingat teori gunung, semakin keatas semakin dingin”
That’s true, sampai diatas puncak gunung Prau dingin yang
luar biasa menjemput kami. Tapi hey look, diatas sana you don’t miss the
stars..
Yeah, pukul 03.00 dini hari kami sudah sampai di puncak
Gunung Prau, kita ke-gasik an alias kerajinan untuk menanti sunrise. Finally,
kita terpaksa harus menggulung diri di dalam seleeping bag tanpa tenda. Wohoho
. Sleeping bag yang kami gunakan manfaatnya dikalahkan oleh hawa dingin dan
angin yang dingin pula. Astaga, aku sama sekali tidak bisa memejamkan mata
alias benar-benar tidur. Dingin yang mengusik saya benar-benar ngajak ribut.
Melihat dia sepertinya sudah terlelap telebih dulu, sedangkan aku yang dari
tadi sibuk ‘jempalikan’ karena menahan sakit perut dan dingin.Namun akhirnya
dia bangun karena sama-sama menderita diterpa dingin. Langit masih gelap dan
masih berbintang. Bercerita dan bergurau renyah dengan suaranya yang lucu..
Love is sharing. Share the things you do with love and you
might get much more than you have now
Oke, terimakasih September ! You make my day ! J
Perjalanan pulang kembali ke Jogjakarta yang sangat melelahkan -_-. And this is..
Jelek banget -_-
0 komentar
terimakasih sudah mau berkunjung dan berbagi komentar :)