‘Keberhasilan
bukanlah hasil pembakaran spontan. Kita harus membakar diri sendiri’
-Arnold
H. Glasow
Yang Kubutuhkan ternyata adalah SEMANGAT, bukan Kaki.
Hingga Pos Sangga Buana I dan Sangga Buana II terlewati
dengan sisa tenaga yang aku habis-habiskan. Masih harus melewati Pos Pengasinan
terlebih dahulu sebelum sampai ke Puncak. Matahari semakin terik membakar
kulit, debu yang di hasilkan Gunung Ciremai ini cukup produktif dan membuat
perubahan warna celana dan jaketku. Keringat yang bercucuran tak henti-hentinya
menetes dari wajahku, rasa haus yang berkepanjangan, rasanya seperti hidup di
gurun,botol yang kubawa sendiri hanya tinggal setetes dua tetes, perjalanan ini
benar-benar melelahkan. Untuk mencapai Pos Pengasinan, kita harus melewati
jalan batu yang besar- besar dengan debu yang hebat.
Ditengah perjalanan menuju Pengasinan,saya seperti sudah tak
sanggup lagi untuk berjalan,lagi-lagi hanya satu dua langkah kemudian berhenti
panjang, teman-temanku yang lainnya telihat begitu cepat dan aku tertinggal
jauh di belakang,lagi-lagi harus mengambil langkah yang besar untuk menapaki
bebatuan itu. Lalu aku memutuskan untuk ‘ndeprok’ di pinggiran bebatuan dibawah
pohon kecil, sembari memijat mijat kakiku yang ‘sudah tak bernyawa’, kemudian
aku tak sadarkan diri, tertidur pulas di bawah pohon,sesekali mendengar derap
kaki para pendaki yang berseliweran di depanku membawa debu ke depan wajahku,
aku tetap diam,tak ingin banyak berkomentar.
‘Deaa…’