Angin Membawa Prosa hatiku

20.08





Seperti biasa aku akan kembali saat matahari terbenam

Merengkuh asa dari ruangan dengan mesin pendingin hingga angin

Tak seperti biasanya melepas lelah dengan melihat senyumanmu

Tak seperti sebelumnya kau bisa mengelus pipi dan kepalaku lembut 

Kini rasanya keberadaanmu hilang membawa pergi rasa yang ada dihati ini

Padahal cinta itu seperti darah, yang diam-diam menghidupi, tanpa keberadaannya dia akan terus memberikan kehidupan untuk diriku

Aku telah banyak mencoba, hingga berkali-kali gagal bahkan terkikis dalam menyiasati kekuranganku dihadapanmu

Aku selalu ingin memberikan yang mungkin menurutmu salah namun aku tetap salah untuk menyampaikannya
Ini seperti surat cinta yang tak pernah sampai.

Berujung ketika aku menuntut dirimu padahal aku harus sadar, kau tak pernah sama sekali melakukannya padaku

Kakak, bolehkah kali ini aku memanggilmu ‘kakak’ ketika aku sedang ingin kau bersama ku saat ini?
Cinta harusnya yang membuat 1+1 bukan sama dengan 2, tapi 2000, 20000, 20000000, dan seterusnya.

Cinta itu menghebatkan, cinta itu membuat besar yang kecil, membuat kuat yang lemah.

Bahkan saat ini aku ingin kau tahu sebenarnya dalam sebuah diamku, dalam seangkuh bahasa tubuhku, aku berharap kau bisa membaca

Membaca air muka ku yang ingin sekali mendekap tubuhmu, ketika aku merasa lemah, aku merasa sendiri bahkan merasa sepi ketika keramaian ada disekelilingku..

Lagi-lagi karena cinta yang menghebatkanku, bagiku keberadaanmu adalah kekuatan untukku
Melihat wajah dan senyumanmu akan menjadi sebuah puisi di dalam kepalaku,

Menjadi nyanyian di dalam hatiku ketika kita sama-sama lagi memandang luasnya pemandangan hamparan khatulistiwa, sama-sama mendengar melodi angin, 

Bahkan aku menyesal telah jahat terhadapmu, pahit rasanya hal yang manis ketika aku rusak dengan tangisan 

Sekali lagi aku meminta maaf dan berterimakasih atas cintamu yang tak henti- hentinya memberikan kehebatan pada diriku
Kau telah berusaha dengan hatimu, bahkan hatiku yang kau suapi cinta tak pernah mau terbuka

Aku lelah berjanji, aku lelah membual seperti apa yang yang kau pikirkan

Bagiku sepercik tinta rusak susu sejenggala, aku kerap memandangmu seperti itu, bahkan aku tak lagi punya otak dan hati yang mau mencintai sesamanya.

Lama-lama aku buta dan menangis sendirian di siang menjelang malam

Apa yang aku pertaruhkan, apa yang aku tanam pada dirimu semakin lama seperti nothing

Namun aku paham, kisah kita akan terus berlanjut sampai menemukan klimaks nya
Aku selalu begini, selalu begitu seperti yang kau katakan setiap hari

Selama nya jika kau tak lagi menginginkan diriku kembali, enyahkan aku..

Sisakan apa yang kau cintai dari diriku
Bagiku lelahku tak pernah menjadi lelah karena telah menemukanmu

Bagiku malamku akan selalu pagi ketika aku berhasil melihat kembali senyummu dan matamu yang membiaskan  cinta

Apapun yang terjadi pada dirimu itu indah

Namun seringkali kau mengabaikan ketertarikanku padamu

Kita punya cara masing-masing untuk sama-sama berkorban

Selamat pagi kakak, selamat siang kakak, selamat sore kakak, selamat malam kakak

Sapaan singkat yang hari ini belum aku tunaikan

Aku berhutang atas cintamu, ketika aku membodohi diriku dengan mengecewakanmu

Maka berjuanglah dalam impianmu, ketika kau berhasil, apapun yang kau inginkan akan mendekat semua nya pada dirimu.. 

Termasuk diriku..

Cinta yang selalu menerima akan menjadi teka-teki untuk kehidupanku, ketika aku masih berasa naif bahkan aku seolah hanya memberi dan memberi kekosongan

Aku belum bisa se setia dirimu, tapi aku masih mencoba dan terus akan mencoba bertahan atas dirimu.. 

Dan aku masih mau menerimamu


Amadea
Jogja, 04-06-2014

You Might Also Like

0 komentar

terimakasih sudah mau berkunjung dan berbagi komentar :)