Step and Easy
17.49
Waktu terus berputar, semuanya telah terekam oleh kaki-kaki
kami yang terus berjalan. Yang bungkam
adalah dompet saya karena diperas oleh mereka,bagiku kami ini traveler yang cukup unik, makan harus
iuran, beli karcis pun iuran, tak peduli apapun, kami saling menjaga dan
bahagia.
Yang kali ini bau Belanda, mengisi hampir semua ruang yang ada. Bentuk bangunan ini masih tampak mistis dan klasik. Tapi bangunan ini tidak bisa tergantikan posisinya sebagai primadona di Kota Semarang ini. What is?
Sudah malam, waktunya badan ini dibaringkan sejenak. Jangan
takut lagi pada kesendirian, esok masih ada Matahari. Berhari-hari meng-gembel,
dan malam ini, tanpa tak tahu lagi, kami harus pulang ke Jogja atau tinggal di
Jalanan Kota Semarang ini. Tak ada persiapan, semuanya naturalist. Murni takdir
dari Tuhan.
Mengingat tentang ke-religius an, Semarang punya ikon masjid
megah di Jawa Tengah. Di masjid ini mampu menampung jemaah hingga sekitar
delapan ribu orang. Cadas. Keistimewaannya lagi, masjid ini memiliki enam payung
raksasa otomatis yang dapat memayungi halaman masjid,namun hanya dibuka pada
hari Jum’at dan hari-hari keagamaan tertentu. Payungnya menyerupai payung di
Masjid Nabawi.
Lagi-lagi harus berbagi, saatnya kita mandi di masjid besar
itu setelah berjalan seharian penuh, dengan modal beli satu sabun batang dan harus di bagi dua,
satu untuk mandi mereka, dan satunya untuk aku. Benar-benar miris, harus beli
sikat gigi, sampo sachet yang tidak
berhasil kami temukan di mini market, alhasil kami hanya sabunan dan sikatan. Yang
lebih menyedihkan, aku tak membawa handuk. Itu yang parah. So, kita mandi lalu
main-main di pelataran masjid hingga masjid tengah ditutup. Kemudian kita belum
ada rencana untuk bermalam dimana.
Hingga akhirnya, kami bermalam di kost an teman kami di
Tembalang. Entah bagaimana lelahnya saya, sampai kost an itu, langsung tepar,
bermimpi ria.
Semarang, 27 Agustus dini hari
Kita kembali ke Masjid Agung Jawa Tengah untuk menikmati
Menara Al-Husna nya setinggi 99 meter itu. Diatas sini angin sangat kencang,
mengibarkan semua baju dan kerudung saya. Wah, kalo gak dipegang ini bisa copot
bakal bahaya, pikir saya.
Dari atas sini kita
bisa melihat keindahan Kota Semarang, bisa dengan mata telanjang ataupun
memasukan koin ke dalam teropong besar yang telah disediakan. Jujur, kalau
lama-lama di atas sana bisa masuk angin saya.
Hari itu juga, kami telah memutuskan untuk kembali ke
Jogjakarta. Masih dengan motor dengan plat nomer AA dan AB, kami siap
menjelajah kembali untuk membelah jalanan demi mencintai negeri ini.
0 komentar
terimakasih sudah mau berkunjung dan berbagi komentar :)