Gunung Sesak untuk Merah Putih di Puncak
16.46 *** sebenarnya ini adalah perjalanan bulan lalu, perjuanganku menjemput kemenangan sang merah putih di atas puncak gunung ini, tapi karena foto-foto yang saya ambil baru datang sekarang jadilah aku baru bisa publish sekarang. Enjoy read aja deh :)
Kuningan, 16 Agustus 2013, dan sepertinya di tahun 2013 ini
kaki ini tak ingin berhenti untuk melangkah, aku tak pernah meminta untuk
menakhlukan berapa banyak gunung, namun mendaki gunung itu menjadi suatu hal
yang sangat adiktif. Untuk mencapai puncak, tak perlu obsesif, yang terpenting
adalah perjuangan, persahabatan,dan cinta.
Saya mencintai tanah Indonesia ini, berulang kali, bahkan berjuta kali ketika kupandangi gunung itu selama 4 taun silam, keberadaanku di Kuningan menumbuhkan rasa yang tajam untuk mendaki, Gunung Ciremai yang terkenal mistis, bahkan ada buku yang menceritakan tentang gunung perawan itu konon adalah Gunung Ciremai.
Bersamaan dengan hari jadinya Indonesia, telah marak banyak
orang Indonesia memperjuangkan dirinya untuk memperingati kemerdekaan dengan
melakukan upacara di atas Gunung, seperti halnya di Semeru, meskipun telah ada
larangan untuk melakukan upacara bendera di puncak,namun masih saja 3000
pendaki berbondong-bondong memperjuangkan merah putih diatas puncak nya
tersebut. Sebenarnya, banyak cara untuk menyambut kemerdekaan, mungkin dengan
demikian saya dan teman-teman memilih moment ini sebagai ajang reunian dan
ajang 17 agustusan.
Pagi yang cerah, matahari telah memenuhi sebagian bumi,dengan
menggunakan dominan kerudung berwarna merah, kami 9 orang perempuan hebat
ditambah 2 orang lelaki pendamping kami akan memulai cerita ini, Berkumpul di
pos pendakian Linggarjati untuk melakukan pendaftaran dan registrasi Rp.10.000
rupiah, menuju ke pos Cibunar sambil mengantur nafas sebagai pemanasan.
Gunung Ciremai mempunyai 3 jalur pendakian, jalur
Palutungan, jalur Apuy, dan jalur Linggarjati, dan si Kakek(Pembina kami)
memilihkan jalur Linggarjati untuk kami, dengan jalanannya yang sangat aduhai,masih
sangat belantara, sangat berat, berbatu besar dengan pohonnya yang menjuntai
tinggi dan berakar kokoh menonjol di permukaan tanah, tanahnya gembur basah
serta sedikit licin, dibarengi dengan keadaan kanan kirinya adalah jurang.
Nyaris tak ada jalan datar, adapun hanya bonus dari Luwung Datar yang jalannya
tetap saja sedikit menanjak. Subhanallah, memang benar kata pendaki lain, jalur
ini merupakan jalur terberat se-pulau jawa. Entah beberapa kali saya harus
mengerahkan seluruh kekuatan di bahu dan di kaki saya untuk melewati trek yang
tidak manusiawi ini.
Di pos 1 Cibunar, kita disarankan mengisi amunisi air,
sedikitnya satu orang diwajibkan membawa 5 liter air menggunakan drijen
air,karena Gunung Ciremai adalah gunung kering,dengan artian diatas sana kita
tidak akan menemukan sumber air sama sekali, dengan membawa 4 drijen air, 2
drijen air di bawa oleh Kak Riyan(sebagai pemandu kami) dan 2 drigen lainnya
satu di tas saya, dan satu di tas Lula,teman saya. Yang dirasakan adalah
penderitaan, membawa 5 liter drigen air membuat lagi-lagi saya berhenti untuk
istirahat dan meng’aduh’
Gunung Ciremai ini memiliki 11 pos yang harus di lewati
untuk sampai ke pucuknya, dari 11 pos ini,masing-masing pos yang di beri nama
memiliki sejarah yang kebanyakan berkaitan dengan para wali,yang konon mereka
para wali lah yang pertama kali melakukan pendakian ke Gunung ini, seperti Pos
ke-4 yang di beri nama ‘Kuburan Kuda’ itu konon adalah makam kuda nya para
wali, serta Pos Batu Lingga yang dahulu sebagai tempat pertapaan para wali,
dari ke mistis-an yang dibuahkan oleh Gunung Cermai ini di tambah lagi di Pos
Batu Lingga yang ada orang bilang Lingga bermakna Nisan, dan memang benar
adanya, batu memoriam nisan 2 pendaki yang wafat di gunung itu tahun 1999,nisan
memoriamnya tergeletak di sandaran pohon besar, ada pula pos yang dinamakan ‘Bapa
Tere’,konon ada seorang bapak yang mengajak anaknya mendaki gunung itu,
kemudian ditempat itu anaknya di bunuh secara sadis, alhasil tempat itu dinamakan
Bapa tere akibat pembunuhan seorang bapak tiri kepada anaknya.
Oleh karena itu, para pendaki diwajibkan untuk menjaga sikap
dan perkataan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Di pos ini saya di beri kejutan oleh para pendaki gila, itu
sebutanku, karena ke konyolan mereka, saya yang tadinya hanya diam karena
keadaan kurang fit, mereka malah mengerjaiku, dan membuatku tertawa ter-bahak
bahak,alhasil saya pun membaur renyah dengan mereka, yang mempunyai logat
Cirebon ‘kental’.
Orang yang berdatangan kebanyakan asal dari wilayah III
Cirebon, sisanya orang Jakarta, Bandung dan sekitarnya, kami semua bersahabat,
ketika aku harus berjalan jauh terlebih dahulu daripada teman-temanku,aku
kehabisan air minum yang ku kantongi sendiri, tiba-tiba ada bapak yang menawari
air, kemudian istirahat sambil menunggu yang lain, dan lagi-lagi bersandar
untuk mengelap keringat atau memijat-mijat kaki yang rasanya telah mati rasa.
17 Agustus 2013, team saya masih dalam perjalanan, matahari
sudah naik sejak perjalanan kami pukul 03.00 tadi, padahal upacara akan
dilaksanakan pukul 08.00, namun apa daya, kita terus berusaha dengan keadaan
jalan yang sedemikian rupa, meski berulang kali tersandung, bahkan nyaris
tergelinding ke bawah karena terus memanjat dan menekan tebing yang lebih
tangguh dari tangan dan kaki, keadaannya mirip trek menuju puncaknya Mahameru,
tapi ketika Mahameru adalah pasir dan batu, Ciremai ini seluruhnya adalah trek
batu besar ,akar,pohon yang menutupi jalan dan jurang yang menakutkan. Real
Adventure kawan!
‘Mendaki itu MIRIP CINTA. Keduanya sulit dijelaskan;kita
bertahan dari rasa sakit demi suka cita yang hadir dari MENEMUKAN DIRI SENDIRI
dan alam semesta’
0 komentar
terimakasih sudah mau berkunjung dan berbagi komentar :)