Waktu terus berputar, semuanya telah terekam oleh kaki-kaki
kami yang terus berjalan. Yang bungkam
adalah dompet saya karena diperas oleh mereka,bagiku kami ini traveler yang cukup unik, makan harus
iuran, beli karcis pun iuran, tak peduli apapun, kami saling menjaga dan
bahagia.
Yang kali ini bau Belanda, mengisi hampir semua ruang yang ada. Bentuk bangunan ini masih tampak mistis dan klasik. Tapi bangunan ini tidak bisa tergantikan posisinya sebagai primadona di Kota Semarang ini. What is?