­

Caving : susur Goa ' wayang' Petruk

21.01


Aku akhirnya kembali,tempat yang kusebut dengan ‘rumah’ memang sangat menyenangkan. Berhari-hari bahkan berbulan-bulan saya hanya terbiasa untuk pergi melintangi gunung dan lautan, kali ini aku akhirnya pulang,bu. Memeluk kalian di sofa,kembali membagi cerita, dan aku ajak kalian ke dunia ku,jalan-jalan.
Seperti rutinitas ku untuk melepas tawa bersama keluarga,kali ini aku tidak biasa terlalu lama berdiam diri di rumah. Akan ku ajak kalian ke tempat yang sederhana dan menantang. Tak usah sampai mendaki gunung untuk berjalan jauh ber mil-mil seperti diriku, namun kali ini aku akan membagi perjalananku dengan kalian, mari kita susur Goa yang panjang ini bersama,mengukuhkan kaki dan bergandengan tangan layaknya kita adalah saudara. 

 Hari itu aku bersama kedua adikku,dan ibuku melakukan wisata air bawah tanah,Goa yang panjang itu menjadi pilihan kami untuk menemui kerajaan kelelawar yang gelap dan lembab,masuk kedalam rongga stalakmit dan stalaktit yang beraneka rupa bentuknya karena bentukan alam,tetesan air dari atas sana meyerap ke dalam batu dan menjadikan sebuah ornament dari batu-batu tersebut membentuk seperti tirai,buaya,katak,serigala,pengantin,kakek tua,semar,dandang,dan masih bayak lagi.

sebelum masuk, ada penyewaan sandal :)



batu welcome,bentuk tirai



Hari itu memang sedang cerah, Goa yang letaknya di kabupaten Kebumen ini tidak jauh dari Goa Jatijajar memiliki sesuatu untuk di coba untuk uji adrenalin kita. Ini gila,kami melewati bebatuan yang agak susah kami menaruh langkah, aku berulang kali terpeleset dan nyaris jatuh karena tanah lumpurnya yang licin dan berair, berulang kali pula adikku yang paling kecil terlihat susah untuk melintangi trek ini, lagi-lagi sandal yang aku pakai nyaris putus akibat menahan air yang deras untuk melewati batu-batu yang tak mudah, sandalku terjepit dan hanyut sebentar di atas aliran air itu yang akhirnya berhasil aku tangkap, begitu pula adik-adikku dan ibuku yang berulang kali berhasil kutangkap tangannya karena susah menjaga keseimbangan.

 adikku yang 'sedikit' penakut

 Goa ini sangat megah, bergigi tajam,karena stalakmit dan stalaktit yang sangat besar,harus berani basah untuk masuk kesini,karena banyaknya aliran air dari sisi manapun,tanahnya sangat licin dan berlumpur, harus sangat berhati-hati untuk melewatinya,di dalam Goa ini jarang sekali lampu, jika kesini disarankan untuk membawa pemandu yang membawakan lampu ‘petromak’ juga sebagai pemandu jalan,dikarenakan Goa ini memiliki sisi jalan yang lumayan sulit karena banyak celah rumit yang memungkinkan kita untuk masuk ke dalam sana.

 kalo ini lagi sok iye :D


 Pak Edi,umurnya sekitar 40 tahun, warga local situ akhirnya menjadi pemandu kami yang baik hati, seperti biasa aku cerewetnya bukan main karena sibuk menanyakan tentang Goa ini.

 langkah my sister.ngadat,wkw :)

 Goa Petruk ini Goa yang paling panjang daripada Goa-Goa yang lainnya, panjangnya yang mencapai 700 meter ini selain sering dipakai untuk event anak-anak pencinta alam, Goa ini juga dipakai sebagai tempat persembahan yang meminta’pesugihan’ dan sebagainya, oleh karena itu tidak heran selain di Goa ini terdapat bau kencing kelelawar disini juga bau bunga melati yang sama-sama menyengat.
Dan kami di perlihatkan tempat-tempat yang sering dipakai untuk ritual dan pertapaan.
Namanya macan duduk, disana tempat yang gelap dan sempit,banyak sesajen berserakan,dan merupakan jalan buntu

‘Jadi disini setiap jum’at keliwon banyak orang sing bertapa nggo sesembahan,ya bagi sing percaya sing koyok ngono mbak’ pak edi menjelaskan

Goa ini ditemukan pada tahun 1975 oleh pak Wiryono yang dulu sebagai juru kunci Goa petruk ini, yang kemudian setelah kematiannya,pak Wiryono mewariskankan kepada anaknya,Pak Sukardi yang sebagai penanggung jawab atas Goa ini, bagi siapa saja yang ingin melakukan ritual atau pertapaan harus izin terlebih dahulu dengan Pak Sukardi.

Saya mencoba untuk mengambil gambar dari sisi yang bagus, karena keterbatasan pixel kamera hp saya(maklum belum SLR :)) Dan pencahayaan kurang mendungkung, jadi setiap pak edi bilang ,‘Mba poto disini bagus lho’

Saya hanya senyum dan berkata singkat, ‘Iya pak, cahaya nya kurang,kameranya jelek’

bentuk harimau kumbang.

bentuk burung emu

Tapi Pak Edi yang baik mengarahkan cahaya petromak-nya kepada saya sekedar untuk mengambil gambar,setelah itu kami kembali berjalan dengan perlahan-lahan.
Kita memasuki celah yang lebih kecil lagi,dan sedikit ‘menanjak’melebihi batas Goa wisata, ini adalah Goa Palnggatan, disini udara lebih kencang masuk, entah ketika saya mendongakkan kepala, serasa ada angin yang berhembus.

jalan menuju goa palanggatan

 Disini adik saya yang paling kecil menangis dan tidak mau ikut sampai bagian terjauh sana, tapi dengan bujukan saya, akhirnya dia kembali mengikuti langkah saya dengan pencahayaan dari petromak Pak Edi kami melanjutkan perjalanan ke dalam Goa yang atapnya di kelilingi banyak kelelawar lepas,mereka berputar-putar di atas kami bak burung camar.

Air disini lebih tenang dari di bawah sana, lama-kelamaan kita melewati sungai di dalam Goa ini, airnya lumayan banyak,tempat-tempat seperti ini seperti Frank bersama tim-nya dalam film sanctum yang berusaha keluar dari Goa karena terjebak badai dan banjir di dalam Goa serta merenggut nyawa mereka satu per satu.

‘Jadi kalau lagi musim hujan,tidak boleh susur Goa sampai sini,tempat ini pasti banjir dan resikonya nyawa to mbak?, untungne siki cerah mbak, jadi iso iki sampe ujung  angger tesih kuat’ kata Pak Edi masih menenteng lampu petromaknya di tangan kanan dan sandal jepitnya di tangan kiri.

Aku yang lebih gesit dari adik-adikku dan ibuku akhirnya berhenti sejenak,mengamati sekitar, membasuh kakiku yang penuh dengan Lumpur,adikku yang paling kecil akhirnya digandeng oleh Pak edi karena ibuku sudah terlihat ‘rempong’ karena treknya lebih susah.

Disini kami harus jalan jongkok karena atap Goa ini sangat rendah dan menonjol terlalu kebawah,tak jarang pula kepalaku terjedot atap batu ini, rasanya lumayan bikin ‘benjol’.

Kalau saya jongkok airnya bisa mencapai perut saya, bagaimana adik saya yang paling kecil? Dia akan kesulitan untuk melewati trek ini, dan adik saya disini mulai merengek untuk pulang saja, karena bajunya sudah sangat kotor dan basah.Sebenarnya tinggal sedikit lagi untuk menyelesaikan panjangnya Goa Petruk ini, namun saya kasihan oleh adik saya yang sedari tadi seperti nyaris ‘tenggelam’, oleh karena itu, kami memutuskan untuk kembali ke mulut Goa di depan sana.



 mau masuk lobang goa yang kecil.

 Kenapa disebut Goa Petruk? Ternyata pada atas Goa ini masih ada ‘lantai dua’ dimana disitulah letak batu yang menyerupai Petruk tersebut, untuk bisa mencapai kesana kami harus menanjak melewati batu-batu kembali untuk sampai atas, namun mengerikannya, diatas sana tidak ada tali atau apaun sebagai pegangan, jadi takutnya jika terpeleset bisa langsung jatuh kebawah sini dan ‘infaq’ nyawa. Begitu Pak Edy menunjuk ke atas atap Goa ini menunjuk tempat Batu berbentuk Petruk itu berada, tempatnya bisa ditempuh setengah jam dengan berjalan perlahan. Nah, itu lain kali saja lah, soalnya kali ini mbawa’bayi’. 

Subhanallah, terimakasih Pak Edi,berkatmu kami senang bisa menyusuri Goa ini ‘hampir’ sampai habis. 
let's caving many more ! :)
Eh, ngomong-ngomong, ada yang belum tau bentuk wayang Petruk kayak gimana? Googling aja yah :D

You Might Also Like

2 komentar

  1. wew.. boleh juga tuh susur Goa Cerme, Bantul :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya boleh banget. yuk mari kita sukseskan rencana kita :)

      Hapus

terimakasih sudah mau berkunjung dan berbagi komentar :)