Bangunan ‘Batu’ Ratu Boko 25ribu rupiah.

11.56


‘Jadi kan kak ke Candi Boko? Katanya liat sunset dari sana bagus tau’ Kataku nyengir, dan hanya bisa nyengir di depan si kakak ini kalau ngajuin destinasi dadakan.

Fortunately, si kakak yang baik hati ini dan suka menolong akhirnya setuju dengan tripku. We going to Gunung Kidul kembali, tanpa si Adam, pada awalnya niatnya hanya ketemu di Tamansari untuk sekedar mengembalikan Flashdisk data foto dan video dari pantai kemarin. But, roda sudah berjalan ,kami siap mengukur aspal kembali ke ranah mas Tasaro dilahirkan. Sunset Hunter. Nama itu rasanya cocok bagi kami yang hanya tujuan sunset pada akhirnya. Entah kemanapun, alasan ampuh untuk kembali berkelana adalah sunset. Next time, aku akan nulis tentang the spectacular sunset.


 Kembali kesini, ke singgasana ratu Balqis yang menurut buku yang pernah aku baca, tentang penemuan sejarah budaya baru-baru ini yang mengaitkan dengan al qur’an dan penelitian panjang berkaitan tentang kisah nabi Sulaiman beserta singgasana Ratu Balqis yang di pindahkan di dataran Candi Boko tersebut. Menurut buku tersebut, ciri-ciri mengapa menduga pemindahan singgasana ratu Balqis adalah di Indonesia? Di telitinya dari bentuk relief lukisan di dinding Candi Borobudor yang menggambarkan tentang Ratu Balqis yang singgasananya berhasil dipindahkan ke suatu tempat oleh Jin Ifrit atas perintah Nabi Sulaiman dalam hitungan detik,hal ini dilakukannya untuk memperlihatkan mukjizat yang di berikan Allah untuk Nabi Sulaiman agar Ratu Balqis mau percaya dengan agama yang dibawanya tersebut. Nah tempatnya setelah di duga adalah Candi Ratu Boko.



 Kami tiba disana sekitar pukul 16.00,dengan mampir sholat sebentar di masjid bawah.
Akhirnya kami mulai jalan ke loket masuk, disini kawasannya sepi, yang terlihat hanya para pelancong dari luar negeri yang pastinya sangat senang melihat bangunan batu seperti Boko,Prambanan, dan Borobudur yang memiliki nilai sejarah yang tak ternilai sebagai symbol keragamaan budaya dan agama bangsa Indonesia.


‘Ini bener nih harga masuknya 25 ribu? Cuma buat liat batu doang?’
Pikiran itu terus terang menguleni kami berdua yang jelas-jelas berubah mood, tidak menyangka biaya masuk yang terbilang mahal itu dan tidak sebanding dengan apa yang apa yang kami lihat. Damn.

Yaudah, Legowo tur nerimo, udah terlanjur masuk dan alias buat nyenengke aku,hehe.

Menelusuri kawasan wisata Candi Ratu Boko itu yang luas dengan pemugaran yang perfectly menurutku. Bagus,nampak seperti taman kota. Luasnya mencapai hektar. Ada masjid yang dipakai untuk ibadah para warga sekitar situ,

‘Iya mbak, jadi dulu disini banyak rumah warga, termasuk rumah saya, nanging di gusur buat mbangun wilayah Candi ini,trus dipindah ke bawah sana, yo tapi saya tetep solat disini, lha wong ini masih tanah kami kok’ jelas ibu-ibu warga itu sambil terkekeh.

‘Masuknya bayar juga bu?’

Yo ndak mbak, kan ono jalan lewati portal kusus buat warga’

Kali ini dapat percerahan. Biar efektif masuk gratis. Cara ini bisa dikantongi.

Sudah hampir waktunya.Kami masih sibuk jalan-jalan ke candi pembakaran, sesuai saran ambil sunset yang bagus berdasarkan pak satpam. Ternyata, yang kami lihat dari atas candi pembakaran hanya tumbuhan yg berbatang dan beranting panjang yang malah menutupi pemandangan,namun dari sisi sini kita bisa melihat candi Prambanan dari kejauhan.

Pasalnya, candi Boko,Prambanan, Borubudur itu saling berkaitan. Menurut para ilmuwan, jika di gali kawasan ini, dibawah sini akan terdapat batu tersusun seperti candi yang menyambungkan ketiga candi itu. Dahsyat.


 foto by kak fathi dan aku*mekso


Sunset Hunter beraksi. Dari candi utama Ratu Boko yang Pertama ini kami menyempatkan diri untuk leyeh-leyeh sambil ‘ndeprok’ di rumput pasang kamera sama tripod sebagai senjata untuk membuat project time lapse(tadinya). Unfortunately, baru setengah jalan ambil gambar, awannya tiba-tiba ‘menjelek’, menjadi mendung dan menutupi cahaya indah dari sunset. Hancur . Broken.*cabut kamera dari tripod
Yah, tiba-tiba jadi kepikiran lagi tentang 25 ribu rupiah.(-,-) 



 ‘Udah gelap, sebenernya masih ada candi kedua di belakang sana,sama ada tempat petilasan yang bulet-bulet gitu,tapi kapan-kapan aja ya? Kita turun aja ya sambil nyari makan buat buka puasaa..’ tawarannya begitu panjang lebar.

Tetapi, ada juga wisatawan yang senang dengan ‘wismis’ atau wisata mistis, jadi memang sengaja datang dan berwisata malam hari di daerah ini. Magis.

Aku mengiyakan,setelah itu kita kembali ke bawah, kembali ke Jogjakarta dengan cekikian.
25ribu rupiah..sakral banget XD

 foto by kak fathi

Playlist back to Jogja : Joel Hansen – Travelling light


You Might Also Like

0 komentar

terimakasih sudah mau berkunjung dan berbagi komentar :)